Marketing Intelligence dalam Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur pada Generasi Milenial
Assalamualaikum Wr. Wb. Hai Guys, gimana kabarnya? Semoga sehat selalu, diberi keberkahan, kelancaran dan selalu dalam lindungan Allah SWT, Amin YRA. Kembali lagi dengan blog saya yang menyajikan mengenai Kewirausahaan islami. Kali ini tema yang akan saya bahas adalah Marketing Intelligence dalam Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur pada Generasi Milenial.
Indonesia saat ini memasuki era baru yang lebih dikenal dengan era bonus demografi, ini merupakan fenomena yang sangat langka karena dalam perjalanan sejarah suatu Negara hal ini hanya akan terjadi satu kali saja. Salah satu tanda bahwa era bonus demografi ini telah tiba di Indonesia adalah terjadinya kenaikan jumlah populasi penduduk yang produktif (berusia antara 15 tahun s.d. 65 tahun) secara signifikan jika dibandingkan dengan populasi penduduk yang non produktif (yang saat ini berusia dibawah 15 tahun dan berusia 65 tahun ke atas), rasio populasi penduduk yang produktif saat ini di Indonesia mencapai (2/3) dua sepertiga dari total penduduk yang ada atau yang biasa dikenal dengan istilah rasio ketergantungan (dependency rasio).
Era bonus demografi ini merupakan tantangan bagi Indonesia dan harus dijadikan sebuah peluang yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, Indonesia harus mampu memanfaatkan potensi penduduk usia produktif yang cukup tinggi ini, apalagi berdasarkan data (Badan Pusat Statistik, 2018) menyebutkan bahwa ada sekitar 50,36% dari total penduduk yang berusia produktif merupakan gerenasi milenial.
Dan berdasarkan teori generasi yang dikemukakan oleh (Mannheim, 1952) menyatakan bahwa generasi yang lahir antara tahun 1980-an sampai 2000-an dikategorikan sebagai gerenasi milenial.
Di Indonesia para generasi milenial memiliki kesempatan serta peluang yang baik untuk berinovasi dengan dukungan ekosistem digital yang sedang tumbuh dan berkembang, seperti hadirnya bisnis e-commerce yang merupakan karya asli anak bangsa mampu memfasilitasi gerenasi milenial yang memiliki semangat untuk berwirausaha juga dapat berkembang. Selain bisnis e-commerce hadir pula bisnis yang bergerak di bidang transportasi online semisal transportasi online Gojek, Grab, Uber dan masih banyak lagi yang lainnya. Lahirnya bisnis e-commerce dan transportasi online ini merupakan hasil inovasi untuk menjawab tantangan dan kebutuhan dalam mewujudkan kemandirian secara ekonomi bagi generasi milenial di era digital ini.
Menurut Sebastian dkk. (2016), menyebutkan bahwa generasi milenial memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh generasi sebelumnya, diantaranya adalah dalam melaksanakan segala aktifitas maupun kegiatannya generasi milenial menginginkan segala sesuatunya dilakukan serba cepat, sulit bertahan dalam pekerjaan yang sama dalam waktu yang relatif lama, sangat dinamis, kreatif, inovatif, sangat friendly dengan media sosial dan perkembangan teknologi. Dunia industri saat ini jika ingin menjangkau segmen generasi milenial harus mulai meningkatkan cara-cara mereka dari sebelumnya, mengingat generasi milenial telah mampu merubah cara berpikir sebagai seorang konsumen yang lebih mengutamakan sisi emosi, keinginan, kebutuhan, dan tuntutannya. Maka dunia industri harus mampu mendeteksi perubahan cara berpikir tersebut. Untuk mendeteksi orientasi perilaku konsumen yang efektif maka diperlukan kecerdasan bermarketing atau yang dikenal dengan marketing intelligence, hal ini diperlukan dalam bentuk pengumpulan data dan kemampuan analisis sebagai upaya dalam pengambilan keputusan yang tepat, seperti menganalisis tentang kondisi pesaing, daya saing produk serta memiliki kemampuan untuk memahami pasar dan pelanggan secara menyeluruh. Kemampuan ini akan berjalan secara optimal apabila dilaksanakan oleh orang yang mengerti tentang teknologi seperti generasi milenial.
Dengan kemampuan dibidang teknologi yang melekat dalam diri generasi milenial saat ini juga dapat menjadi modal membuka kesempatan dan peluang untuk berinovasi dalam berbagai bidang (berwirausaha).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ambarwati & Sobari (2020), yang menyatakan bahwa mahasiswa dapat menjadi seorang pengusaha apabila mampu mengubah pola pikir konvensional ke digital dengan memanfaatkan teknologi yang terus berkembang dimulai dari hal yang sederhana seperti membangun pemasaran melalui media social yang dimiliki, bahkan saat ini ada mahasiswa yang mampu menciptakan aplikasi untuk membangun bisnisnya sendiri. Li (2006) dalam penelitiannya juga memperoleh hal serupa, yakni 68,4% atau lebih dari dua pertiga dari mahasiswa yang diwawancarainnya, mereka lebih memilih untuk mempunyai bisnis sendiri dari pada bekerja kepada orang lain, artinya bahwa semangat untuk berwirausaha dikalangan mahasiswa itu sangat tinggi.
Marketing intelligence (kecerdasan pemasaran) merupakan manifestasi dari sebuah kemampuan dalam mengumpulakn dan menganalisis suatu informasi atau data agar segala sesuatu yang terkait dengan pengambilan keputusan dapat diansipasi dengan baik, terdapat empat bagian yang dibutuhkan dalam kecerdasan ini meliputi product intelligence, competitor intelligence, customer understanding and market understanding (Kurniawan, 2020). Menurut Burns dkk., (2017) terdapat dua unsur penting dalam marketing intelligence yaitu meliputi marketing research dan customer relationship marketing/database marketing, yang menjadi fokus dari marketing research adalah lebih kepada proses perencanaan pemasaran yang dimulai dengan menganalisis situasi dan kondisi serta membangun strategi dan program pemasaran yang diakhiri dengan mengaplikasikan strategi dan program yang sudah di rancang sebelumnya. Sedangkan yang menjadi fokus utama dari database marketing terletak pada pengolahan data dalam sisten database. Cara kerja database marketing ini adalah dengan mengkolaborasikan antara teori pemasaran dengan teori teknologi informasi dan database marketing ini masih tergolong teori yang masih baru (Guoxiang & Zhiheng, 2013).
Menurut Kottler & Armstrong (2008), marketing intelligence adalah kumpulan informasi dan analisis secara sistematis terkait informasi yang tersedia tentang pesaing dan perkembangan di pasar.
Setiap orang pada hakekatnya memiliki semangat entrepreneur dalam dirinya, asalkan orang tersebut memiliki kemauan untuk senantiasa berperilaku kreatif, inovatif, selalu siap menghsdapi perubahan dan tantangan serta menyukai kemajuan karena sejatinya rahasia untuk menjadi seorang entrepreneur adalah kreatif dan inovatif.
Menurut Li (2006) dari hasil penelitian yang pernah dilakukan memberikan kesimpulan bahwa Perguruan Tinggi memiliki tanggungjawab untuk ikut serta menumbuhkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didiknya dengan memberikan pendidikan dan wawasan terkait kewirausahaan karena dengan memahami secara detail tentang kewirausahaan ternyata dapat mempengaruhi minat kaum muda untuk menjadi seorang wirausahawan.
Dalam generation theory yang dikemukakan oleh Mannheim (1952) menyebut generasi milenial dengan istilah generasi Y, jika berdasarkan dari karakteriktik tahun kelahirannya generasi Y ini adalah generasi yang lahir dalam rasio tahun 1980-an sampai tahun 2000-an, dan melalui editorial dalam sebuah surat kabar utama yang terbit di Amerika Serikat tahun 1993 berperan sangat besar dalam mempopulerkan istilah ini.
Carlson (2008) menyatakan hal yang sama dengan Mannheim terkait dengan karakteristik generasi milenial berdasarkan tahu lahirnya, Carlson menyebutkan periode tahun 1983 sampai tahun 2001 merupakan rentang tahun kelahiran para generasi milenial.
Sedangkan Howe & Strauss (2000) memberikan ilustrasi terkait dengan generasi milenial adalah mereka yang lahir pada tahun 1982 sudah mulai masuk prasekolah dan mereka yang pada tahun 2000 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) dan istilah ini mulai populer pada tahun 1987.
Hasil penelitian dari Lancaster & Stillman (2003) menghasilkan karakteristik yang melekat dalam diri generasi milenial, Lancaster & Stillman menyatakan bahwa generasi milenial memiliki sikap yang realistis, sangat menghormati perbedaan yang ada, lebih senang bekerjasama dalam tim serta memiliki sikap optimis dan percaya diri yang tinggi dalam setiap hal yang dilakukan dan ternyata generasi milenial memiliki kepercayaan terhadap nilai-nilai moral dan sosial, namun sangat pragmatis dalam menyelesaikan masalah.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Hidayatullah dkk. (2018) dengan judul perilaku generasi milenial dalam mengunakan aplikasi go-food menyatakan bahwa salah satu karakterikstik generasi milenial yang berpengaruh secara signifikan adalah kemampuan generasi milenial dalam memanfaatkan teknologi dan informasi dalam setiap aktifitas yang dilakukan sehari-hari dimulai dari mereka bangun tidur sampai kembali tidur. Disamping itu untuk menjamin kepuasan kelompok generasi milenial, informasi yang disajikan harus yang berkualitas (no hoax) dengan tampilan informasi yang menarik (Hidayatullah dkk., 2020).
Demikian hal yang dapat saya share untuk teman-teman dalam blog saya ini. Kurang lebihnya saya mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan dalam postingan saya. Semoga postingan tersebut dapat bermanfaat dan menambah wawasan untuk semuanya. Sampai bertemu di postingan selanjutnya, tentunya dengan hal yang bermanfaat dan materi yang lebih menarik. Nantikan di postingan berikutnya. Terima Kasih😉
Wassalamualaikum Wr. Wb.


Komentar
Posting Komentar